News & Research

Reader

Kekhawatiran Eskalasi Konflik Timur Tengah Mereda, Minyak Anjlok Lebih dari 1%
Tuesday, April 30, 2024       04:03 WIB

Ipotnews - Harga minyak merosot lebih dari USD1 per barel, Senin, karena perundingan gencatan senjata Israel di Kairo meredakan kekhawatiran akan konflik Timur Tengah yang lebih luas, sementara data inflasi Amerika meredupkan prospek penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Juni, patokan internasional, ditutup melorot USD1,10 atau 1,2% menjadi USD88,40 per barel, sedangkan kontrak Juli yang lebih aktif berakhir di USD87,20, turun USD1,01, demikian laporan  Reuters,  di New York, Senin (29/4) atau Selasa (30/4) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), anjlok USD1,22 atau 1,5% menjadi USD82,63 per barel.
Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 25 warga Palestina dan melukai banyak lainnya, Senin, ketika para pemimpin Hamas tiba di Kairo untuk putaran baru perundingan dengan mediator Mesir dan Qatar.
Mesir mempunyai harapan tetapi menunggu tanggapan terhadap rencana tersebut dari Israel dan Hamas, kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry.
"Kita melihat premi risiko geopolitik bocor lagi hari ini (Senin) karena tidak ada eskalasi baru dalam situasi Israel-Hamas," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC. "Gencatan senjata atau pembebasan sandera akan meredam lebih banyak premi risiko."
Pasar juga mewaspadai tinjauan kebijakan moneter Federal Reserve pada 1 Mei, yang dapat menunjukkan arah keputusan suku bunga bank sentral.
"Bahasa dan perkiraan ke depan akan dicermati oleh seluruh pelaku pasar," kata John Evans, analis PVM.
Investor dengan hati-hati memperkirakan kemungkinan yang lebih tinggi bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase tahun ini dan 2025 karena inflasi dan pasar tenaga kerja tetap tangguh.
Inflasi bulanan Amerika meningkat secara moderat sepanjang Maret, mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Inflasi yang lebih rendah akan meningkatkan kemungkinan pemangkasan suku bunga, yang cenderung merangsang pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
"Inflasi AS yang kaku memicu kekhawatiran akan suku bunga yang 'lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama (higher-for-longer)', yang mengarah pada penguatan dolar dan memberikan tekanan pada harga komoditas," kata analis pasar independent, Tina Teng.
Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya. Selain itu, pasar minyak menantikan laporan bulanan upah non-pertanian Amerika, yang akan dirilis Jumat dan diawasi ketat oleh the Fed.
"Hal ini kemungkinan akan berdampak signifikan pada perdagangan minyak minggu depan," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates.
Sebaliknya, data awal inflasi April dari zona euro, dari Spanyol dan Jerman, memberikan gambaran yang beragam bagi Bank Sentral Eropa, namun tampaknya tidak akan menggagalkan penurunan suku bunga pada Juni.
Data inflasi dari zona euro yang lebih luas akan dirilis Selasa. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM